Syukurilah Hidupmu

on Selasa, 22 Desember 2009


"Sekarang sumber air sudekat...
Beta sonde pernah terlambat lagi...
Lebih mudah bantu mamak ambil air untuk mandi adik...

Karena mudah ambil air, katong bisa hidup sehat...
Bapak ikut urus dong bapak desa...
"

Cuplikan video di atas tentu sudah tidak asing lagi bagi anda. Dengan logat khas Nusa Tenggara Timur, bocah SD yang berada pada iklan sebuah merk dagang air minum itu bercerita tentang bagaimana senangnya ia, keluarganya, dan teman-temannya ketika air bersih telah menjamah desanya.

Baru-baru ini di televisi swasta Indonesia, ditayangkan 'seri' lanjutan dari iklan tersebut. Oke, kali ini yang akan saya analisis bukan iklannya, melainkan isi dari iklan tersebut.

Jika pada video diatas, kita merasa cukup geli, tidak demikian pada iklan yang ditayangkan baru-baru ini. Di dalam iklan terbaru nya, seorang bocah SD (lagi) mengatakan hal yang sama seperti video diatas, namun tanpa logat yang berlebihan sehingga makna dari perkataan itu dapat ditangkap. Gadis cilik itu benar-benar membuat hati terenyuh.

Berbeda sekali dengan adegan tiruan yang dilakukan bocah SMP berikut ini.







Hahaha, harusnya anak itu jadi model buat iklan selanjutnya, sayang pihak media tidak melihat 'bakat terpendamnya'. ^^v

Kembali lagi, tentang iklan terbarunya yang membuat hati terenyuh. Bagaimana tidak ? Ia tampak begitu bahagia, tanpa ekspresi yang dibuat-buat (menurut saya begitu) karena air bersih dapat tersedia di desanya yang sulit terjangkau. 'Terima kasih kakak, bapak, amak', kalimat itu benar-benar meluluhkan hati saya, bagaimana ia mengucapkan kata itu begitu tulus. Jika itu buatan, maka iklan itu benar-benar sampai ke tujuan, tapi jika itu bukan buatan sungguh mulia nya dia.

Oke, kali ini benar-benar akan saya stop bahas iklan tersebut. Kembali ke pokok permasalahan utama dimana susahnya mendapatkan air bersih di Nusa Tenggara Timur. Sedangkan kita, yang notabene hidup di tempat yang sebagian besar berkecukupan, air bersih dapat kita dapatkan dengan mudah. Kondisi ini berbeda sekali dengan mereka yang nampak sulit untuk mencari air bersih.

Itu tadi hanya contoh sederhana, antara yang mampu mendapatkan air bersih dan tidak. Banyak lagi contoh lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Baik itu kelebihan maupun kekurangan, yang sudah jelas bahwa masing-masing individu memiliki perbedaan.

Bisa kita lihat diluar sana banyak yang tidak dapat hidup serba berkecukupan seperti kita. Atau malah kita yang selalu merasa kurang? Jawabannya adalah pada cara pola pandang kita terhadap situasi. Apabila kita selalu melihat ke atas, sudah barang tentu kita akan selalu merasa kurang, tapi cobalah lihat ke bawah, bagaimana beruntungnya kita dibandingkan orang yang lain.

Tetapi yang untuk diperhatikan, kita memandang ke bawah bukan bermaksud untuk menjelek-jelekkan mereka, melainkan untuk meng-introspeksi diri bahwa tidak semua orang dapat hidup seberuntung kita. Dan selalu berpegang teguh pada peribahasa, di atas langit masih ada langit. Yang artinya tak akan ada gunanya jika kita terus memandang ke atas, karena akan selalu ada yang lebih diatas. Akan jauh lebih berguna jika kita memandang ke bawah.

Jadi, dengan melakukan hal tersebut, kita mengerti seberapa banyak anugerah yang telah diberikan kepada kita semua dalam hidup ini. Tidak hanya menuntut terus-terusan kepada Tuhan sang pencipta, melainkan bagaimana mensyukuri apa yang sudah kita dapatkan saat ini. Dengan mensyukuri nikmat yang sudah ada, niscaya perlahan tapi pasti kita akan mendapatkan manfaat yang lebih lagi dari yang sudah ada jika dilakukan dengan tulus dan ikhlas.

Mulai sekarang, berhentilah mengeluh tentang bagaimana hidup anda yang dirasa selalu kurang. Dan cobalah untuk berfikir bahwa kita sudah mendapatkan banyak anugerah yang tak terkira, namun kita hanya belum sadar dan merenunginya. Kelak anda akan merasakan betapa luar biasanya hidup anda selama ini.

Copyright © Dorapong


Baca Selengkapnya.

How People Can Affect Others (Representated by Andrew "mimin" KasKus and Raditya Dika)

on Minggu, 20 Desember 2009

Siapa yang tidak tahu founder forum indonesia terbesar saat ini, kaskus.us? Apalagi blogger yang telah menghasilkan buku dari blog pribadi nya sendiri.

Yak, kedua orang tersebut adalah Andrew Darwis sebagai Founder situs forum Indonesia terbesar sekarang, KASKUS.US, dan Raditya Dika yang notabene adalah seorang penulis sekaligus blogger yang cukup sukses saat ini.

Tepuk tangan peserta di dalam ruang pertemuan University Club Universitas Gadjah Mada (UC UGM) membahana di sela-sela kegiatan civitas akademika. Hari itu, 19 Desember 2009, merupakan hari dimana tepat diadakannya seminar bertajuk "Ngaskus bareng Andrew Darwis dan Go Blog with Raditya Dika".



Pada sesi pertama, pembicara yang pertama kali dihadirkan adalah dari pihak KASKUS.US.
Peserta seminar yang sebagian besar merupakan anggota dari forum tersebut (kaskuser, red.) tampak begitu antusias mengikuti jalannya acara. Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari sang moderator kepada Andrew Darwis dan Ken Dean Lawadinata selaku CEO dari kaskus.



Kemudian pada sesi kedua, narasumber diisi oleh blogger yang namanya telah cukup dikenal masyarakat luas ini yaitu Raditya Dika. Sesi kedua ini tidak kalah meriahnya dengan sesi pertama oleh Andrew. Radit membawakan acara sesi ini dengan melakukan pertunjukkan stand-up comedy kepada para penggemar setianya.



Dari kedua sesi tersebut, terdapat perbedaan mendasar sekaligus kesamaan-kesamaan diantara keduanya. Perbedaan yang cukup mencolok adalah, bagaimana mereka (Andrew dan Radit) membawakan image kepada khalayak ramai. Jika Radit tampak begitu artikulatif sekali di dalam penyampaian materinya, tidak demikian dengan Andrew, yang senantiasa tampak cool di dalam menjawab pertanyaan. Akan tetapi meskipun mereka punya style yang berbeda, keduanya memiliki suatu kesamaan, yaitu bagaimana mereka mempengaruhi penontonnya.

Andrew dapat menyihir khalayak dengan situs nya yaitu kaskus.us, dan Radit dengan blog-nya sendiri di radityadika.com. Setiap orang yang tahu kaskus, sudah barang tentu mengenal Andrew yang akrab disapa "mimin" yang merupakan panggilan akrab dari seorang Administrator. Lalu bagi para blogger masa kini, tentu sudah mengenal nama Raditya Dika (Kambing Jantan) yang telah dikenal sebagai public figure remaja masa kini.

Dengan karya-karya mereka di jagad maya ini lah mereka dapat mengekspresikan apapun yang ada. Tetapi dengan cara yang berbeda, jika Andrew dengan menyediakan forum untuk bertemu dengan orang lain, Radit dengan tulisan-tulisan yang merupakan hasil cerminan sosial kehidupannya sehari-hari.

Walaupun begitu, antusias masing-masing penggemarnya luar biasa. Ini menunjukkan keduanya mempunyai daya tariknya masing-masing. Di balik kesuksesannya itu, mereka sebenarnya berangkat dari nol.

Contohnya saja, untuk membentuk forum kaskus, tadinya hanya merupakan proyek studi kampus. Dan kambingjantan itu tadinya hanyalah cerita sederhana yang diangkat dari kehidupan sehari-hari seorang Raditya Dika.

Jadi pada intinya, bagaimana cara mereka mempengaruhi orang lain adalah melalui karya-karyanya yang dibangun dari kerja keras mereka sendiri. Dan juga mendapat pengakuan dari khalayak ramai sebagai bayaran kerja keras mereka adalah suatu kepuasan tersendiri di dalam menjalaninya.

Go Forum! Go Blog! Go Indonesia!

Copyright © Dorapong

Baca Selengkapnya.

Kenapa Harus Belajar ke Sekolah ?

on Sabtu, 28 November 2009

Bagi kebanyakan orang tua zaman sekarang, bersekolah merupakan rutinitas yang harus dijalani oleh anak-anak mereka masing-masing.

Selama orang tua tersebut masih sanggup membiayai anaknya untuk bersekolah tentu saja apapun dilakukan dengan harapan sang anak nantinya dapat menjadi seseorang yang berguna bagi kehidupan manusia nantinya kelak. Akan tetapi disini saya akan menelaah apa saja pentingnya dan tidak pentingnya bersekolah.


Sebagai contoh, ABG yang umurnya kurang dari 18 tahun atau bahkan lainnya, tentu pernah merasakan suatu titik jenuh dimana mereka enggan lagi untuk bersekolah.Mereka akan merasakan kepenatan tersendiri untuk mempelajari bahan-bahan yang diberikan oleh gurunya. Terutama pelajaran-pelajaran di Sekolah Menengah yang seringkali dianggap "racun" bagi mereka, seperti Fisika, Kimia, atau bahkan Matematika dengan segala macam rumus-rumus yang ada. Terlebih lagi adanya ujian nasional yang harus dihadapi seluruh pelajar di Indonesia pada umumnya. Belajar merupakan hal yang mau tidak mau, suka tidak suka harus dilakukan secara terus menerus bagi mereka (pelajar, red) tapi juga merupakan sebagai musuh terbesar mereka.

Jika benar belajar merupakan musuh bagi mereka, lalu kenapa mereka tetap konsisten di dalam menjalaninya. Untuk mengetahui hal tersebut ada baiknya kita telisik dahulu penjabaran berikut. Pelajar pada umumnya terbagi menjadi beberapa kategori. Kategori pertama adalah pelajar yang bertipe rajin dan selalu berusaha untuk mengerti setiap materi yang diberikan di sekolahnya. Pelajar yang bertipe seperti ini akan selalu mencintai pelajaran-pelajarannya walaupun mereka mengeluh sekalipun. Anda tentu pernah melihat teman semasa sekolah yang mengatakan bahwa ia tidak bisa mengerjakan soal ujian nya, akan tetapi begitu nilai ujian tersebut diumumkan, nilai nya ternyata hampir mendekati nilai sempurna. Suck!

Lalu kategori selanjutnya adalah pelajar yang bertipe senang bermain tetapi nilai akademis nya termasuk ke dalam tingkatan yang cukup tinggi di kelasnya. Pelajar seperti ini biasanya merupakan tipe-tipe manusia yang menpunyai cukup keberuntungan di dalam hidupnya. Siapa tahu, saat sedang bermain ternyata ia mendapat ilham dari yang maha kuasa, atau bahkan "ilham" itu didapat sewaktu ujian... Only God and s/he knows.

Lalu kategori pelajar yang lain adalah tipe-tipe yang malas belajar, lalu tidak pernah mendapatkan nilai bagus saat ia bersekolah. Sudah malas, tidak ada usaha pula. Mau jadi apa negara kita ini nantinya.



Dari ketiga kategori yang disebutkan diatas, mungkin salah satunya adalah diri kita saat itu. Entah bagi yang sudah bekerja akan teringat masa SMA nya, atau bahkan yang sedang bersekolah merasa bahwa itu dirinya.

Kembali ke topik utama, dari keseluruhan semuanya memiliki cara yang berbeda di dalam menjalani kehidupan akademik nya. Namun dari semua itu, ada satu hal yang merupakan kesamaan mendasar yang dimiliki oleh mereka semua dan seluruh pelajar-pelajar yang ada di Indonesia. Satu hal penting itu adalah bagaimana belajar cara untuk belajar. Meskipun sepele, namun hal itu merupakan hal mendasar dari yang paling dasar. Dengan memahami konsep itu seutuhnya jiwa pelajar yang sesungguhnya akan tertanam di benak masing-masing meskipun tidak semua orang menyadarinya.

Misal saja, seseorang yang melakukan tindak kejahatan seperti pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, dan lainnya, itu biasanya pelakunya adalah orang-orang yang tidak bersekolah. Jadi mereka tidak tahu apa itu tata-krama dan berbagai hal lainnya yang bisa didapat dari bersekolah.

Semakin tinggi tingkat akademik juga menentukan tuntutan di dalam diri seseorang di dalam menjalani kehidupan. Bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, sampai di sekolah menengah saja sebenarnya sudah memiliki bekal yang cukup untuk bekerja. Akan tetapi bagi yang mampu mengenyam pendidikan tingkat tinggi yang dicari bukanlah bekal lagi. Namun lebih kepada sikap dan mental kita untuk mengahadapi saat-saat apapun, baik itu momen genting, ataupun momen-momen lainnya. Kedewasaan lebih dituntut agar di dalam menghadapi dunia kerja nantinya mental kita dapat dikuasai dan dikontrol secara sepenuhnya dan tidak terombang-ambing oleh arus global masa kini.

Jadi jika anda kuliah untuk mencari nilai, berarti anda salah besar. Yang dicari bukanlah Indeks Prestasi 3 keatas, melainkan soft skill dalam dunia kerja dan kehidupan yang begitu luas. Indeks Prestasi hanyalah kumpulan angka-angka representatif untuk menyatakan kita lulus atau tidak. Sedangkan hasil tempaan diri kita itu jauh lebih besar nilainya jika kita berhasil mencapainya.

Jadi sekali lagi saya tekankan, pentingnya belajar di sekolah tingkat dasar dan menengah adalah semangat untuk mengerti arti kehidupan. Sedangkan tingkat sarjana, terutama sarjana strata tingkat 1, yang harus diraih adalah penempaan sikap dan mental untuk kehidupan yang lebih nyata nantinya.

Hidup Mahasiswa !

Originally © written by Dorapong
Please include this disclaimer if you want to copy it.

Baca Selengkapnya.

ALAY...?

on Minggu, 22 November 2009
Alay...?

apa itu? semacam makanan? atau merk pakaian terbaru dari prancis?
Nampaknya bukan demikian, untuk mengetahui apa alay itu mari kita analisis bersama dorapong...



Alay yang merupakan singkatan dari Anak Layangan adalah kata yang kerap kali diucapkan remaja zaman sekarang ketika melihat seseorang yang berpenampilan norak atau kampungan menurut mereka.

Kenapa harus disebut alay?

Karena konon katanya, anak-anak yang suka bermain layangan adalah anak-anak yang berasal dari kampung. Hal ini di analogikan dengan banyaknya ABG zaman sekarang yang berpenampilan berlebihan atau lebih tepatnya norak. Pada umumnya ABG-ABG yang seperti itu adalah anak kampung yang mencoba untuk beradaptasi pada kehidupan kota yang penuh dengan bermacam-macam style. Sehingga mereka yang menganggap ABG kampung ini lebih suka mengatainya dengan hardikan "Alay...!".



Contoh ALAY dalam karikatur Benny and Mice : 100 Tokoh Jakarta

Akan tetapi, definisi alay sekarang tidak berhenti sampai disitu saja. Predikat alay juga dapat diberikan kepada seseorang yang kerap kali mengubah-ubah gaya tulisan pada layanan pesan singkat ataupun dunia maya. Misalnya mengkombinasikan kata-kata dengan huruf caps, angka, dan huruf biasa ataupun menyingkat kata-kata secara berlebihan. Anda bisa mencobanya pada situs penerjemah bahasa yang normal menjadi bahasa 4laY.

Misalnya saja "aku ini alay yang luar biasa imut" menjadi "aku 1n1 al4y y4n6 lu4r BI454 1mUt". Ini sudah pasti bisa bikin sakit mata si pembaca sekaligus bingung dengan "kreatifitas" yang luar biasa dari si pengirim pesan. Bukannya semakin bagus, malah mempersulit membaca pesan yang disampaikan darinya.

"Si Alay" mengganggap hal ini merupakan hal yang biasa dan lumrah bagi mereka, karena menurut opini mereka, ini lah yang mereka anggap sebagai lifestyle anak seumurannya. Jadi hal-hal tersebut dilakukannya tanpa mengetahui bahwa "kekejian" itu terus menerus mendera orang di sekitarnya yang berhubungan dengannya terutama melalui layanan pesan singkat ataupun situs jejaring sosial dan berbagai layanan koneksi lainnya yang menggunakan fasilitas tulis-menulis.


Selain dari yang disebutkan diatas, masih banyak lagi definisi alay lainnya yang belum terungkap disini, maka dari itu nantikan posting berikutnya bersama analisis dorapong hanya di http://dorapong.blogspot.com

Tulisan ini tidak ada maksud untuk menyudutkan anak-anak kampung sebagai biang keladi ataupun menjelek-jelekkan mereka sebagai anak yang berasal dari kampung. Tulisan ini hanya mendeskripsikan opini jaman sekarang tentang alayisme.. Jadi tidak ada offence sama sekali didalamnya. Apalagi unsur SARA.

Copyright © Dorapong
Baca Selengkapnya.

Karakter Seseorang Berdasarkan Tema Background

on Jumat, 20 November 2009
Karakter seseorang dapat ditentukan dari suatu Tema Background seseorang. Kenapa bisa demikian? Mari kita baca analisis Dorapong dalam kasus ini.

Hal ini dapat dijelaskan ketika kita mengunjungi blog seseorang di jagad maya yang luas ini. Ketika kita berkunjung ke blog nya, maka kita akan ditampilkan berbagai macam style yang beragam bentuknya, entah itu widget yang berkilauan (tring! tring!) ataupun blog yang simple namun memiliki seni artistik didalamnya. Ini dapat kita analisis menurut warna dominan yang digunakan sang blogger di dalamnya.

Biar gampang, maka saya analisis dari warna yang paling banyak digunakan blogger pada umumnya, yaitu warna-warna gelap semisal hitam. Pilihan warna yang cenderung gelap, biasanya mencirikan bahwa sifat atau karakter seseorang didalamnya cenderung penyendiri dan pemalu. Selain itu bisa jadi karakternya adalah seorang yang berjiwa santai, dan dengan pembawaan yang seminimal mungkin. Bila tema nya adalah dominan hitam namun dengan kombinasi warna-warna cerah seperti merah, kuning, magenta, cyan, atau lainnya. Berarti dia adalah tipe-tipe orang berada dalam kesendirian akan tetapi butuh orang lain untuk membuatnya ceria. Yah, pokoknya orang yang jarang terjadi euphoria terhadap dirinya, namun sekalinya terjadi biasanya efeknya akan dramatis sekali. Tipe-tipe blogger seperti ini sebagian besar biasanya sulit mendapatkan ide untuk menuangkan tulisan-tulisan mautnya kedalam dunia blog. Sehingga untuk menulis satu draft saja bisa makan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan lamanya. Tipe orang yang konsisten dalam blogging namun sukar menuangkan ide-ide briliannya. Tetapi begitu draft-nya di publish ke dalam blog, biasanya hasilnya cukup bagus untuk jangka waktu yang demikian lamanya.

Kemudian untuk dominan warna-warna terang. Pemilihan warna cerah seperti ini biasanya mengindikasikan bahwa sang empunya, adalah orang yang cukup ceria di lingkungannya. Dia mampu mengekspresikan dirinya semaksimal mungkin di depan audience, ataupun terhadap pembacanya. Tipe-tipe orang seperti ini biasanya mudah sekali dalam menghasilkan draft-draft baru tiap harinya. Dalam kurun waktu seminggu, bisa jadi jumlah draft-nya dapat menyamai jumlah berita yang tersedia di layanan berita online. Untuk sebagian besar pengguna tema berwarna cerah ini biasanya adalah remaja putri yang sedang blogging untuk curhat-curhat atau sekedar menulis apa saja di dalam blog nya. Sehingga secara keseluruhan isi blog dapat dikatakan sebagai blog curhat.


Dari analisis diatas tidak keseluruhan dapat dibenarkan, karena itu hanya pengalaman pribadi Dorapong yang kemudian dianalisis secara amatiran. Saya sendiri tadinya adalah tipe-tipe yang lebih suka menggunakan warna gelap dan hampir tidak pernah menggunakan warna cerah sebelumnya. Akan tetapi akan saya coba untuk mengubah pandangan saya diatas, apakah dapat berhasil atau tidak.

Bagi anda yang membaca tulisan ini tetapi merasa tidak seperti hal-hal yang saya sebutkan diatas, saya mohon maaf. Sekali lagi ini hanya analisis amatiran dari blogger yang mencoba untuk menuangkan ide anehnya. Dan jika anda merasa itu bukan diri anda, silahkan berikan komentar terhadap post ini.

Terima Kasih telah membaca... :)

Adieu~...

Baca Selengkapnya.

Ketika Blog Hanya Menjadi Trendsetter dan Jejaring Sosial Mendominasi

on Kamis, 19 November 2009
Fenomena blog mulai berkembang di segala kalangan sejak awal dekade ini... ( mantep kan intronya... :) )

Mulai dari dosen, mahasiswa, pelajar, pekerja kantoran, dan bahkan ibu rumah tangga mulai menuju dunia maya dimana mereka dapat berkeluh kesah, bercerita tentang kesehariannya, atau bahkan ada yang berjualan didalam blog nya, dan kegiatan lain yang berbeda-beda tergantung tujuannya.

Fenomena itu nampaknya sekarang mulai tergantikan dengan adanya situs jejaring sosial yang mulai ramai digunakan oleh banyak orang. Misalnya saja facebook...



Hal ini tentu menjadi dilema bagi setiap blogger yang mudah bimbang ataupun bagi blogger² pemula yang membuat blog hanya untuk sekedar trend di kalangannya..

Pada facebook, kita dapat menemui teman lama kita, pada saat bersekolah di sekolah dasar, ataupun lainnya... Hal ini tentu tidak menguntungkan blog yang belum tentu tulisannya selalu dibaca oleh orang-orang yang berselancar di dunia maya.. Sedangkan pada situs jejaring sosial aktifitas kita dapat selalu di monitoring ataupun sebaliknya, kita dapat memonitoring aktifitas orang lain didalamnya melalui status yang digunakan, foto-foto teranyar dari pemiliknya, ataupun video² yang pernah terekam bersamanya...

Jumlah blogger yang tetap setia pada blognya pun tidak sedikit, namun bagi blogger yang sudah mentransmigrasikan dirinya ke situs jejaring sosial menganggap mereka yang setia ini sebagai orang yang nerd, cupu, udik, atau dengan kata-kata yang sejenis...
Akan tetapi kebanyakan orang pada umumnya, tetap menjalankan tulisan-tulisan berseninya di dunia blog, sementara itu mereka juga melakukan kegiatan di dalam situs jejaring sosial.

Justru mereka yang melakukan hal ini akan lebih mendapat nilai plus di dalam blogging dan lainnya. Hal ini bagaikan pisau bermata dua yang akan dapat saling berguna kemudian.. Di satu sisi, ketika mereka, para blogger tersebut berselancar di dunia jejaring sosial, maka mereka akan mendapatkan suatu inspirasi untuk menulis dari teman-temannya yang berinteraksi didalamnya. Kemudian di sisi lainnya, tulisan mereka dapat dipublikasikan di dalam situs jejaring sosial, dengan demikian traffic ke blog nya akan semakin meningkat..

Jatah waktu untuk blogging pun dapat dialokasikan setengahnya atau dikurangi seperempatnya untuk berputar di dunia jejaring sosial. Dengan asumsi sehari kita berkeliling di dunia maya selama satu jam, gunakan waktu itu seefisien mungkin. Setengah jam untuk meng-edit draft blog, dan setengah jam lagi digunakan untuk jejaring sosial. Atau jika dirasa kurang, maka gunakan 45 menit untuk blogging dan 15 menit lagi untuk jejaring sosial. Akan tetapi yang perlu diingat, tetap patuhi jadwal-jadwal yang sudah ada. Karena biasanya setelah kita memasuki dunia maya akan sulit untuk berhenti karena terlalu asyik dengan kegiatannya. Ini hal yang paling perlu untuk di antisipasi. Maka dari itu tetap patuhi jadwal anda tiap harinya, misalnya sehari waktu blogging hanya sejam, maka patuhi jadwal itu sendiri..

You make your rules, you obey your rules

Jadi kesimpulannya, bagi blogger yang hanya berkutat di dalam blogging, sebaiknya sesekali berinteraksi kedalam dunia jejaring sosial, dan bagi orang-orang yang senang berselancar di dunia jejaring sosial, sebaiknya kerjakan hal tersebut sembari blogging...
Dan bagi orang-orang yang melakukan keduanya, tetap pertahankan itu, karena banyak sekali sisi positif yang didapat..

Yang terakhir dan paling penting adalah patuhi jam berselancar anda... :)

Baca Selengkapnya.

Jangan Lagi Akses Facebook atau Friendster

on Jumat, 13 Maret 2009
Barusan saya dapet ilmu baru dari salah satu blogger kita. Yaitu ndorokakung. Ilmunya lumayan yahud.

Yaitu linkbaiting. Seperti yang dijelaskan ndorokakung dalam blognya tentang linkbaiting. Sebenarnya judul diatas hanyalah sekedar pemancing agar-agar anda-anda sekalian tertarik untuk membukannya...



Saya tidak menipu, melainkan hanya ingin membagi ilmu-ilmu kepada anda (blogger) dalam meningkatkan rating di dalam dunia jejaring yang luas ini. Mungkin salah satu atau beberapa ada yang merasa tertipu.

Sekali lagi saya jelaskan, saya hanya menerapkan ilmu, dan sekaligus membagi ilmu kepada anda-anda sekalian. Dan itu tidak melanggar peraturan yang sudah ada.
Dalam LinkBaiting, biasanya digunakan kata-kata yang bersifat menyerang dan semacamnya. Hal ini agar si calon pembaca akan tertarik untuk membuka tulisan ini dari judul yang ia baca sebelumnya.

Sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat.


NB : Sebaiknya jangan digunakan untuk kepentingan pribadi seperti pendongkrak AdSense dan program-program advertising lainnya

Baca Selengkapnya.

Kurangi Berat Badan Dengan Tidur Lebih Lama

on Selasa, 03 Maret 2009

Berita ini disadur dari kompas.com Rabu, 11 Februari 2009. So, here it goes.

Paling tidak sudah ada dua lusinan penelitian yang menunjukkan bahwa orang cenderung menambah berat badan jika tidur kurang. Sanjay Patel, M.D, dari Case Western Reserve University di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat, melakukan studi selama 16 tahun, melibatkan hampir 70.000 wanita. Sanjay dan timnya mendapati bahwa sekitar 30 persen wanita yang tidur lima jam atau kurang dalam semalam bobotnya cenderung naik menjadi 13,6 kg daripada yang tidur lebih lama. Bahkan, beberapa ahli meyakini bahwa kurang tidur adalah salah satu penyebab epidemi obesitas di negara tersebut. Menurut National Sleep Foundation, rata-rata wanita tidur 6 jam 40 menit setiap malam, jauh dari kebutuhan minimum selama 7,5 jam yang diperlukan wanita yang sehat.



Michael Breus, Ph.D, dan Steven Lamm, M.D, dari tim peneliti lain, juga melakukan percobaan terhadap tujuh perempuan dengan bobot tubuh bervariasi. Ketujuh perempuan ini diminta untuk tidur sedikitnya 7,5 jam tiap malam. Para perempuan ini juga diminta untuk tidak melakukan latihan fisik atau diet sama sekali. Hal ini untuk melihat apakah turunnya berat badan memang merupakan efek dari tidur yang cukup. Hasilnya, dalam 10 minggu, perempuan berusia 25-35 tahun tersebut kehilangan berat badan 2,7 kg hingga 6,8 kg. Satu orang responden, Natasha Crawford (33), mengalami kesulitan untuk mengatur jadwal tidur akibat kesibukannya. Namun di akhir program, lingkar pinggang, dada, dan pinggulnya total berkurang 6,3 cm.

Namun apa sebenarnya hubungan antara tidur dan berat badan?

Tidur mengurangi hormon yang mengontrol nafsu makan, ngidam, dan metabolisme lemak. Jika Anda perhatikan, Anda akan makan lebih banyak saat tubuh merasa lelah. “Ketika wanita kekurangan tidur, kadar ghrelin meningkat. Inilah hormon yang membuat Anda ingin makan terus," ujar Breus, Direktur Klinis dari Divisi Tidur di Southwest Spine & Sport, Scottsdale, Arizona, dan penulis Beauty Sleep. "Sebaliknya, kadar leptin menurun, yaitu hormon yang akan meminta Anda berhenti makan ketika Anda kenyang."

Ketika kurang tidur, Anda tidak hanya ingin makan lebih, tetapi juga makan junk food lebih banyak. Tubuh kita akan menuntut karbohidrat untuk menambah energi dengan cepat.

"Saat tidur pulas, otak memproduksi hormon pertumbuhan dalam jumlah besar, yang meminta tubuh Anda untuk memecah lemak untuk tenaga. Jika kurang tidur yang nyenyak, dan ketika kalori disimpan sebagai lemak, tidak ada cukup hormon pertumbuhan untuk memecahnya. Tubuh Anda akan mengambil jalan pintas, dan menyimpannya di bokong, paha, perut, atau tempat mana pun yang biasa Anda lihat," papar Breus.

Lisa Braverman (34), yang total berkurang 4 kg dan 6,3 cm dari lingkar dada, pinggang, dan pinggulnya, mengatakan, "Perubahan tubuh saya benar-benar mengejutkan karena saya sama sekali tidak mengubah apa pun kecuali kebiasaan tidur. Saya makan seperti biasanya, dan olahraga dalam waktu yang sama, malah mungkin kurang karena saya harus tidur lebih cepat sekarang."
Mungkin Anda pun mengalami kesulitan mengatur jadwal tidur, mengingat kesibukan Anda. Namun ini kuncinya: jika Anda menganggap pengurangan berat badan dan hidup lebih sehat ini penting bagi Anda, maka jadikan hal ini prioritas sekarang juga!

Oh, gitu ternyata yah. Pantesan aja, kok sepertinya berat badan gue nambah terus tiap harinya. Ternyata tidur gue kurang banyak yah. Agaknya penyakit insomnia gue harus segera dibuang jauh-jauh sesegera mungkin yah. Kalian juga tuh, 'let us do the best and god do the rest'*.


NB: *(gue lupa ngutip kalimat ini darimana, heheheee)
Baca Selengkapnya.

Post-Graduate Syndrome

on Senin, 02 Maret 2009
Tahun baru tiba. Harapan baru dan impian baru telah berada didalam angan – angan. Sementara kekhawatiran terhadap masalah – masalah yang diprediksi akan terjadi ditahun yang baru ini juga semakin besar. Pemutusan hubungan kerja besar – besaran yang diperkirakan akan dilakukan pada tahun ini semakin membuat para pekerja di perusahaan besar cemas. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya pencari kerja dan para fresh-graduate berlomba untuk mencari pekerjaan yang semakin hari dirasa semakin sempit. Umumnya para fresh-graduate ini masih idealis dan memimpikan untuk bekerja di bidang yang digelutinya saat mereka masih kuliah. Tentu saja dengan upah yang diharapkan. Atau setidaknya mereka bayangkan. Inilah yang dinamakan Post-Graduate Syndrome. Masa – masa dimana idealisme masih melekat dan semangat untuk mencari kerja masih tinggi tetapi setelah beberapa kali mendapati kenyataan, mereka menjadi putus asa dan akhirnya kerja seadanya. Sementara fakta – fakta dilapangan menunjukkan bahwa sedikit sekali perusahaan yang menerima lulusan baru. Embel – embel “pengalaman minimal sekian tahun” merupakan harga yang sering sekali mereka pasang disetiap iklan yang mereka berikan. Lalu, bagaimana solusi mengatasi masalah seperti ini ? tentu saja, kualitas. Bukan sekedar indeks yang mendekati puncak atau cum laude saja yang diandalkan. Kemampun untuk menyerap segala sesuatu yang diperkirakan akan sangat dibutuhkan didalam pekerjaan yang ditawarkan merupakan hal yang tidak bisa ditawar. Cum laude biasanya hanya berlaku saat perusahaan mendapati beberapa calon yang berkualitas melebihi lowongan yang mereka tawarkan. Maka tak jarang jika kebanyakan para fresh-graduate ini menemukan jalan buntu saat mendapati kenyataan mereka ditolak dibeberapa perusahaan yang mereka harapkan padahal indeks prestasi mereka tidaklah kecil. Masalah baru kembali timbul. Seperti apakah lulusan berkualitas itu ? hal ini yang terus membayangi para mahasiswa atau calon sarjana yang sudah menyadari dilema seperti diatas.



Tahun 2008 lalu, tercatat tidak kurang dari 700. 000 pelamar yang sekitar enam puluh persennya adalah sarjana. Sementara lowongan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah dan perusahaan swasta pada tahun yang sama hanya sekitar sepuluh persennya. Tentu hal ini membuat para pelamar semakin frustasi. Kenyataan yang semakin membuat kita bertanya – tanya. Bagaimana membuat kita menjadi seorang sarjana yang berkualitas tinggi.

Jika ditilik dari sejarah, maka sudah selayaknya kedisiplinan patut mendapat peringkat teratas dari standar kualitas yang harus dipenuhi. Ketidakdisiplinan, terutama masalah waktu acapkali membuat kita tidak sadar bahwa akar dari kualitas itu adalah disiplin. Sering kita temui dalam kehidupan sehari – hari, bahkan mungkin kita sering melakukannya tanpa disadari, kita telah melalaikan sifat ini. Menyepelekan atau meremehkan hal – hal kecil, dan menganggap ada hal yang lebih penting yang harus dilakukan, padahal sesuatu yang besar semuanya berawal dari hal yang kecil. Kita seringkali lupa memperhatikannya. Jika kita tidak mulai membudayakannya sejak awal, semakin sulit kita akan mendapatkannya. Budaya disiplin, terutama di indonesia kita tercinta ini memang sudah banyak diabaikan. Bukan hanya dalam segi pemerintahan saja, tetapi dalam segi kemasyarakatan juga. Sesuatu yang layak untuk mendapatkan predikat “sangat perlu diperhatikan” jika kita ingin menjadi masyarakat seperti di negara – negara maju seperti Jepang, Korea dan sebagainya.
Yang tidak kalah penting dari disiplin adalah budaya plagiat, atau yang lebih sering dikenal dengan “shortcut (jalan pintas)”. Asal jadi, kualitas sama, waktu singkat, untung banyak. Budaya ini yang sudah menggerogoti kreativitas kita, terutama kreativitas dari generasi muda. Kita sudah terbiasa dengan yang serba instan, jadi tidak terlalu dipusingkan dengan berpikir terlalu banyak. Kita sering mendengar bahwa kecerdasan seseorang itu diibaratkan seperti pisau yang jika tidak sering diasah, maka lama – lama akan menjadi tumpul. Tetapi kita sendiri tidak menyadari bahwa hal inilah yang sekarang terjadi di kehidupan kita. Terlalu banyak konsumsi barang dari luar, terlalu terbuai dengan kemajuan teknologi yang dikembangkan oleh negara luar, yang notabenenya lebih tinggi tingkatnya, lebih bagus kualitasnya, sehingga kita tinggal membeli dan membeli tanpa sadar bahwa sebenarnya kita hanya dijadikan sapi perahan dari negara lain itu sendiri. Kita mengembangkan teknologi sendiri, tetapi ujung – ujungnya itu merupakan teknologi yang sudah dipakai negara lain beberapa tahun yang lalu. Inilah akibat dari budaya konsumerisme yang tidak kita sadari dampaknya. Pembajakan dan korupsi yang terjadi di indonesia jika dilihat akarnya, merupakan hasil dari kemandulan kreativitas kita.

Terakhir, adalah budaya tahan banting. Budaya ini juga sudah tidak akrab lagi terdengar ditelinga kita. Kebanyakan dari kita jika sudah mencoba tiga sampai lima kali, maka sudah patah arang. Nglokro bahasa jawanya. Padahal kita juga sudah seringkali mendengar bahwa satu kesuksesan itu terdiri dari sembilan puluh sembilan kegagalan. Inilah yang menjadi masalah yang tak kalah pentingnya dari dua faktor diatas. Mampukah kita menerima kegagalan demi kegagalan yang kita terima dan belajar dari itu semua untuk meraih satu kesuksesan. Banyak kisah sukses dari beberapa pengusaha berpendapatan puluhan bahkan ratusan juta yang awalnya hanya dari buka toko kecil – kecilan. Jika kita cermati, kebanyakan dari mereka tidak terlahir dari keluarga mampu. Bahkan ada yang awalnya adalah anak panti asuhan. Tetapi kreativitas, disiplin serta keuletan mereka yang sangat tinggi menjadikan mereka sebagai orang – orang terpilih. Dan ini yang sangat jarang kita temui digenerasi saat ini.

Maka, sudah selayaknya kita berbenah diri, terutama calon – calon sarjana masa depan. Kita mulai dari sekarang. Sesuatu hal yang tadinya kita sepelekan, hendaknya kita berikan prioritas lebih, terutama pada tiga aspek diatas jika kita ingin menjadi sarjana dengan embel – embel “High Quality”, bukan hanya sekedar indeks prestasi tinggi tetapi tidak mempunyai mental bersaing. Jika kita mampu dan sudah terbiasa disiplin, kreatif, dan ulet atau tahan banting, maka tak perlu lagi takut dengan yang namanya Post-Graduate Syndrome yang menghantui calon sarjana sekarang ini. Tetapi itu semua hanya pilihan. Kembali lagi kepada diri kita masing – masing. Apakah kita akan merubah dan mendobrak tradisi bangsa kita seperti yang dulu pernah dilakukan pada generasi muda era Soekarno, Soetomo, dan yang lainnya, ataukah kita selamanya akan menjadi bangsa yang dipandang sebelah mata oleh bangsa diberbagai belahan dunia karena budaya telat, korupsi dan pembajakan yang sudah tertulis didalam catatan hitam mereka ? Anda yang menentukan.

Baca Selengkapnya.