Kenapa Kamu Pacaran?

on Selasa, 03 Mei 2011
Rasanya jarak antar timing post di blog ini memang lumayan lama. Maklum lah, saya sendiri sudah jarang aktif di dunia blogging, jadinya cuma bisa senyum-senyum bego sendiri waktu liat blog ini. Anyway, meski rada lama, tapi diusahakan tetep nulis disini, soalnya nanti malah beneran kejadian seperti di tulisan saya sebelumnya yang Ketika Blog Hanya Menjadi Trendsetter. Dan ya, saya akui saya mulai terkena dampak sindrom tersebut.

Oke, kembali ke judul utama di post ini.

Kenapa Kamu Pacaran?

Mungkin jawabannya akan berbeda-beda untuk masing-masing individu. Ada yang menjawab "buat seru-seruan aja", ada yang bilang "biar gak bete sendirian terus", atau ada juga yang menanggapi dengan ketus "ga penting", dan bagi sebagian kaum agamis ada yang berpendapat "lebih baik langsung menikah daripada pacaran". Wow.

Mari sejenak ikuti saya menganalisis beberapa jawaban yang kira-kira muncul dari pertanyaan tersebut.




Batasan kasus pada kali ini mungkin hanya berlaku pada rentang umur remaja hingga menjelang dewasa yang layaknya jatuh cinta. Kenapa demikian? Karena saya sendiri belum mengalami masa-masa setelah itu, jadi belum tau rasanya menjadi orang dewasa itu seperti apa. Hehe.

Mayoritas remaja masa kini, terutama yang sedang dalam masa pubertas dan sedang dalam pendidikan sekolah menengah, tentu pernah merasakan bagaimana indahnya dimabuk cinta. Entah berawal darimana, konsep jatuh cinta itu saat ini dapat dialami oleh remaja masa kini. Berbeda sekali dengan masa-masa sebelumnya, ketika hal-hal tersebut sangat tabu untuk seorang pelajar tingkat menengah. Bagi kaum tersebut, orientasi berpacaran tentunya tidak sama dengan orang-orang yang tingkat pendidikannya lebih tinggi.

Anggap saja perbandingannya adalah sepasang kekasih yang masih berstatus SMU dibandingkan dengan sepasang kekasih yang sedang menempuh kuliah strata 1 tingkat 3. Tidak dapat dipungkiri, motivasi serta orientasi sepasang kekasih yang masih SMU tersebut adalah rasa penasaran akan lawan jenisnya masing-masing. Dan biasanya ditambah bumbu-bumbu ketertarikan akan bentuk fisik dari sang pujaan hatinya. Maka dari itu tidak heran jika saat ini banyak bertebaran video porno dari pelajar-pelajar yang seharusnya tidak mereka lakukan. Itu adalah akibat dari pemahaman yang salah tentang sebuah hubungan antara dua insan. Tujuan dari keduanya didalam menjalin hubungan masih belum jelas, sehingga terjadi pelampiasan nafsu diantara keduanya.

Berbeda ketika yang terjadi pada sepasang kekasih yang sedang menempuh kuliah. Sebagian besar dari mereka sudah memikirkan hubungan itu akan dibawa kemana nantinya. Tujuan akhir yang akan dicapai nantinya adalah bagaimana nantinya mereka akan memiliki komitmen untuk berkeluarga. Setiap individu memiliki tanggung jawab akan masa depannya masing-masing. Lalu disitulah tanggung jawab mereka untuk berkomitmen setia pada pasangannya. Karena keduanya sadar bahwa hubungan yang mereka jalani bukan lagi sekedar hubungan main-main seperti sebelumnya. Serta keputusan pasangan tersebut ketika menyatakan komitmen kepada pasangannya tidak lagi semudah sebelumnya, dan demikian pula ketika mengakhirinya. Semuanya bukanlah perkara mudah lagi seperti dulu, ketika sudah break-up lalu dapat dengan mudah mencari pasangan lainnya. Kini break-up merupakan masalah serius didalam menjalani tanggung jawab diri terhadap masa depan. Karena itu akan menjadi pertanyaan didalam diri sendiri "Hingga sampai sini sajakah komitmen kami berjalan?".
Meski tidak semua mahasiswa berpikir demikian, dan masih menggunakan pola pikir layaknya anak sekolahan seperti yang sudah dijelaskan diatas. Hal tersebut harusnya hanya menjadi bumbu penghangat di dalam suatu hubungan saja, dan bukannya menjadi main course atau tujuan utama untuk menjalankan hubungan.

Jadi pada intinya, kesimpulan yang dapat saya tarik dari semuanya adalah, berpacaran itu merupakan komitmen untuk menjaga. Menjaga tabiat dan kebiasaan pasangan, menjaga dari pengaruh luar yang buruk, serta menjaga agar sang pasangan tetap berada di "jalan" yang seharusnya. Sehingga dari komitmen itu nantinya akan terbentuk perasaan saling membutuhkan diantara keduanya. Butuh untuk saling menjaga, butuh kasih sayang, serta butuh kehadirannya dalam suka maupun duka. Sifat itu akan tumbuh dengan sendirinya ketika kita sudah sadar bahwa menjalin hubungan itu bukanlah sebuah mainan.
Karena perasaan itu bukan untuk dipermainkan.


Berbeda dengan miskonsepsi yang ada pada pelajar-pelajar tingkat menengah saat ini, yang berpacaran adalah dengan tujuan untuk "merubah" bukan "menjaga". Yang biasanya cenderung merubah ke arah yang lebih untuk unjuk gigi kepada teman-temannya bahwa pasangan mereka paling "wah".

Kini saya mengerti mengapa salah satu guru semasa SMU dulu pernah mengatakan "pacarannya jangan sekarang, nanti saja kalau sudah semester 5".

Memang itu bukan sebuah larangan, serta tidak ada larangan bagi anda-anda sekalian yang masih berstatus pelajar SMU atau dibawahnya untuk berpacaran. Tetapi akan jauh lebih bermanfaat jika masa-masa indah itu lebih banyak digunakan untuk menjalin hubungan dengan teman sebanyak mungkin. Dan tidak dihabiskan pada satu orang saja. Karena pada saat itu belum terlalu urgent untuk memikirkan masa depan.
Perjalanan masih panjang, maka nikmatilah langkah tiap langkahmu agar tidak dirasa terlalu berat kedepannya.

Sekian dulu saja analisis saya kali ini. Mungkin cenderung terkesan menye-menye, tapi tak apalah, karena saya juga berusaha menjawab pertanyaan ini sejak dulu. Akhirnya terjawab sudah tanda tanya besar yang bersarang di otak saya ini. Daripada galau terus, kan tidak baik juga. Malah jadi tidak produktif nantinya... ^^

Seperti biasa, mohon maaf jika tulisan ini tidak sependapat dengan opini dan argumen anda. Karena tulisan ini hanyalah berasal dari opini seorang Dorapong dengan segala kekurangannya yang ada.

Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat.

Copyright © Dorapong


Baca Selengkapnya.