Kenapa Harus Belajar ke Sekolah ?

on Sabtu, 28 November 2009

Bagi kebanyakan orang tua zaman sekarang, bersekolah merupakan rutinitas yang harus dijalani oleh anak-anak mereka masing-masing.

Selama orang tua tersebut masih sanggup membiayai anaknya untuk bersekolah tentu saja apapun dilakukan dengan harapan sang anak nantinya dapat menjadi seseorang yang berguna bagi kehidupan manusia nantinya kelak. Akan tetapi disini saya akan menelaah apa saja pentingnya dan tidak pentingnya bersekolah.


Sebagai contoh, ABG yang umurnya kurang dari 18 tahun atau bahkan lainnya, tentu pernah merasakan suatu titik jenuh dimana mereka enggan lagi untuk bersekolah.Mereka akan merasakan kepenatan tersendiri untuk mempelajari bahan-bahan yang diberikan oleh gurunya. Terutama pelajaran-pelajaran di Sekolah Menengah yang seringkali dianggap "racun" bagi mereka, seperti Fisika, Kimia, atau bahkan Matematika dengan segala macam rumus-rumus yang ada. Terlebih lagi adanya ujian nasional yang harus dihadapi seluruh pelajar di Indonesia pada umumnya. Belajar merupakan hal yang mau tidak mau, suka tidak suka harus dilakukan secara terus menerus bagi mereka (pelajar, red) tapi juga merupakan sebagai musuh terbesar mereka.

Jika benar belajar merupakan musuh bagi mereka, lalu kenapa mereka tetap konsisten di dalam menjalaninya. Untuk mengetahui hal tersebut ada baiknya kita telisik dahulu penjabaran berikut. Pelajar pada umumnya terbagi menjadi beberapa kategori. Kategori pertama adalah pelajar yang bertipe rajin dan selalu berusaha untuk mengerti setiap materi yang diberikan di sekolahnya. Pelajar yang bertipe seperti ini akan selalu mencintai pelajaran-pelajarannya walaupun mereka mengeluh sekalipun. Anda tentu pernah melihat teman semasa sekolah yang mengatakan bahwa ia tidak bisa mengerjakan soal ujian nya, akan tetapi begitu nilai ujian tersebut diumumkan, nilai nya ternyata hampir mendekati nilai sempurna. Suck!

Lalu kategori selanjutnya adalah pelajar yang bertipe senang bermain tetapi nilai akademis nya termasuk ke dalam tingkatan yang cukup tinggi di kelasnya. Pelajar seperti ini biasanya merupakan tipe-tipe manusia yang menpunyai cukup keberuntungan di dalam hidupnya. Siapa tahu, saat sedang bermain ternyata ia mendapat ilham dari yang maha kuasa, atau bahkan "ilham" itu didapat sewaktu ujian... Only God and s/he knows.

Lalu kategori pelajar yang lain adalah tipe-tipe yang malas belajar, lalu tidak pernah mendapatkan nilai bagus saat ia bersekolah. Sudah malas, tidak ada usaha pula. Mau jadi apa negara kita ini nantinya.



Dari ketiga kategori yang disebutkan diatas, mungkin salah satunya adalah diri kita saat itu. Entah bagi yang sudah bekerja akan teringat masa SMA nya, atau bahkan yang sedang bersekolah merasa bahwa itu dirinya.

Kembali ke topik utama, dari keseluruhan semuanya memiliki cara yang berbeda di dalam menjalani kehidupan akademik nya. Namun dari semua itu, ada satu hal yang merupakan kesamaan mendasar yang dimiliki oleh mereka semua dan seluruh pelajar-pelajar yang ada di Indonesia. Satu hal penting itu adalah bagaimana belajar cara untuk belajar. Meskipun sepele, namun hal itu merupakan hal mendasar dari yang paling dasar. Dengan memahami konsep itu seutuhnya jiwa pelajar yang sesungguhnya akan tertanam di benak masing-masing meskipun tidak semua orang menyadarinya.

Misal saja, seseorang yang melakukan tindak kejahatan seperti pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, dan lainnya, itu biasanya pelakunya adalah orang-orang yang tidak bersekolah. Jadi mereka tidak tahu apa itu tata-krama dan berbagai hal lainnya yang bisa didapat dari bersekolah.

Semakin tinggi tingkat akademik juga menentukan tuntutan di dalam diri seseorang di dalam menjalani kehidupan. Bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, sampai di sekolah menengah saja sebenarnya sudah memiliki bekal yang cukup untuk bekerja. Akan tetapi bagi yang mampu mengenyam pendidikan tingkat tinggi yang dicari bukanlah bekal lagi. Namun lebih kepada sikap dan mental kita untuk mengahadapi saat-saat apapun, baik itu momen genting, ataupun momen-momen lainnya. Kedewasaan lebih dituntut agar di dalam menghadapi dunia kerja nantinya mental kita dapat dikuasai dan dikontrol secara sepenuhnya dan tidak terombang-ambing oleh arus global masa kini.

Jadi jika anda kuliah untuk mencari nilai, berarti anda salah besar. Yang dicari bukanlah Indeks Prestasi 3 keatas, melainkan soft skill dalam dunia kerja dan kehidupan yang begitu luas. Indeks Prestasi hanyalah kumpulan angka-angka representatif untuk menyatakan kita lulus atau tidak. Sedangkan hasil tempaan diri kita itu jauh lebih besar nilainya jika kita berhasil mencapainya.

Jadi sekali lagi saya tekankan, pentingnya belajar di sekolah tingkat dasar dan menengah adalah semangat untuk mengerti arti kehidupan. Sedangkan tingkat sarjana, terutama sarjana strata tingkat 1, yang harus diraih adalah penempaan sikap dan mental untuk kehidupan yang lebih nyata nantinya.

Hidup Mahasiswa !

Originally © written by Dorapong
Please include this disclaimer if you want to copy it.

5 komentar:

Harisuddin Hawali mengatakan...

argumen bgt
keren nih

cantika felder mengatakan...

wah saya setuju banget. Menurut saya hal terpenting dari sekolah bukanlah dari mendapatkan ilmunya tapi bagaimana kita bisa bergaul dengan teman2,belajar banyak hal positif dari mereka, dan berbagi pengalaman dengan mereka. Ada orang yang pintar sekali sangking pintarnya jadi kaku dalam bergaul.

Dorapong mengatakan...

@Haris Darko : argumen dari saya hanya cukup segitu, mungkin bisa berlanjut di post berikutnya

@cantika felder : iya, anda benar. Yang paling penting dari bersekolah adalah esensi nya sendiri didalam menjalaninya. Ilmu yang didapat hanya bonus menurut saya. Terima Kasih telah sudi mampir disini... ^.^

Gilang Wicaksono mengatakan...

hahaha nice post
ak mau nambahin lagi, ada juga pelajar yang suka belajar tapi yg dipelajari ga ada hubungannya ama materi yang seharusnya dia pelajari. jadi nilainya jelek2, tapi bukan karena dia males belajar

ada temenku yang kuliah di mesin tapi bacaannya biologi sama sejarah semua. agak lucu memang.

kuliah biat cari ilmu juga sah2 aja sih, yang salah kalo kuliah buat cari nilai lol

Anonim mengatakan...

Kata om Thomas Stanley (gak tau dia siapa)
Kebanyakan milyuner mendapat nilai B atau C di kampus. Mereka membangun kekayaan bukan dari IQ semata, melainkan kreativitas dan akal sehat.

ah kadang sistem pendidikan kita itu gak sesuai deh
kebanyakan belajar gak penting, gak semua bisa nerima, terlalu menyapu ratakan

liat aja di Jepang, liburnya banyak bener, sering kegiatan outdoor, akhirnya bisa bikin robot dan JAV

Posting Komentar